You are currently viewing Tertawalah ke Wajah Kemalangan, Ia pun akan Tertawa

Tertawalah ke Wajah Kemalangan, Ia pun akan Tertawa

Kisah Ayyub

Bismillahirrahmannirrahiim

Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang!” (21:83)

Doa Nabi Ayyub (Keselamatan baginya), sang pemenang kesabaran, yang teruji dengan baik dan efektif. Mengambil dari ayat ini, kita harus mengucapkannya dalam doa kita, “ Ya Tuhanku dan Penolongku! sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”

Intisari dari kisah Nabi Ayyub (Sejahtera atasnya) yang dikenal luas adalah sebagai berikut:

Saat menderita dengan banyak luka dan sakit selama waktu yang lama, dia mengingat akan imbalan besar yang bisa ia terima dari sakitnya dan bertahan dengan penuh kesabaran. Tetapi kemudian, ketika cacing yang timbul dari luka-lukanya menembus jantung dan lidahnya, pusat dzikir dan pengetahuan akan Tuhan, dia takut bahwa kewajiban ibadahnya akan terganggu, sehingga ia berkata dalam doanya bukan demi kenyamanannya sendiri, melainkan demi ibadahnya kepada Tuhan :

“Ya, Tuhan! Aku menderita sakit; ingatanku akan Engkau dengam lidahku dan ibadahku kepada-Mu dengan hatiku akan terganggu Tuhan Yang Maha Kuasa lalu menerima doa yang benar-benar tulus, tanpa kepentingan pribadi, dan kesetiaan dengan cara yang paling ajaib. Dia mengkaruniai Nabi Ayyub dengan kesehatan yang sempurna dan mewujudkan dalam dirinya semua jenis kasih sayang.

POIN PERTAMA

Sesuai dengan luka luar dan penyakit Nabi Ayyub (Sejahtera baginya), kita memiliki sakit batin dalam jiwa dan hati. Bila batin kita dibelokkan keluar, dan lahiriah luar kita berbelok kedalam, kita akan lebih terlukai dan tersakiti melebihi Nabi Ayyub. Sebab tiap dosa yang kita lakukan dan tiap keraguan yang memasuki pikiran kita, menimbulkan luka pada hati dan jiwa kita.

Luka-luka Nabi Ayyub (Keselamatan baginya) adalah secara alamiah mengancam kehidupan fana nya yang singkat, tapi luka batin kita mengancam kehidupan kekal kita yang tak terhingga panjangnya. Kita membutuhkan doa Nabi Ayyub seribu kali lebih daripada dia sendiri. Seperti halnya cacing-cacing yang timbul dari luka-lukanya menembus jantung dan lidahnya, begitu pula luka yang ditimpakan dosa kepada kita dan godaan serta keraguan yang timbul dari luka itu akan –semoga Allah melindungi kita! — menembus batin jiwa kita, pusat iman, dan juga melukai keimanan. Menembus kegembiraan spiritual lidah, penafsir iman, mereka menyebabkan mengelak dari mengingat Tuhan dan membungkamnya.

Dosa, yang menembus hati, akan menghitamkan dan menggelapkannya hingga ia kehilangan cahaya imannya. Dalam tiap dosa ada satu jalan menuju hilangnya iman. Kecuali dosa itu segera dihapuskan dengan memohon pengampunan Tuhan, ia akan berkembang dari sebuah cacing menjadi sebuah ular yang menggerogoti hati.

Contohnya, seseorang yang secara diam-diam melakukan dosa yang memalukan akan takut oleh aib yang timbul bila orang lain mengetahuinya. . Dengan demikian keberadaan malaikat dan batin akan sulit bertahan untuknya, dia akan semakin menyangkalnya, bahkan dengan kekuatan petunjuk yang terkecil sekalipun.

Sama halnya, seseorang yang melakukan dosa besar layak mendapatkan siksa neraka akan sepenuh hati mengharapkan ketiadaan neraka, dan setiap kali ia mendengar akan ancaman api neraka, dia akan berani menyangkalnya dengan kekuatan indikasi yang kecil dan keraguan, kecuali ia mengambil perlindungan perisai taubat dan memohon pengampunan.

Sama halnya, seseorang yang tidak melakukan sholat wajib dan memenuhi kewajibannya akan dipengaruhi oleh stress, seperti halnya ia menolak kewajiban ringan terhadap penguasa kecil. Sehingga kemalasannya dalam memenuhi kewajibannya, meskipun berulang-ulang diperintahkan oleh Yang Maha Berdaulat akan keabadian, akan membuatnya sangat tertekan, dan saat tertekan inilah ia berharap dan berkata pada dirinya sendiri: ”Seandainya tidak ada kewajiban ibadah seperti ini!” Pada gilirannya, akan muncul dari hasrat ini keinginan untuk menyangkal Tuhan, dan memusuhi-Nya.

Jika keraguan menyangkut keberadaan eksistensi Tuhan datang kedalam hatinya, dia akan cenderung mengambilnya sebagai bukti yang meyakinkan. Sebuah gerbang besar menuju kehancuran akan terbuka didepannya. The wretch does not know that although he is delivered by a denial from the slight trouble of duty of worship, he has made himself, by that same denial, the target for millions of troubles that are far more awesome. Fleeing from the bite of a gnat, he welcomes the bite of the snake.

Ada banyak contoh lainnya, yang bisa dipahami dengan merujuk pada ketiga contoh tersebut dengan pengertian,

“Tidak, namun hati mereka telah ternoda” menjadi jelas.

POIN KEDUA

Seperti yang telah dijelaskan menyangkut tentang arti penentuan ilahi, yang dikenal sebagai takdir, dalam Perkataan Keduapuluh Enam, manusia tidak memiliki hak untuk mengeluh dalam hal bencana dan penyakit untuk tiga alasan berikut:

Alasan Pertama: Tuhan Yang Maha Tinggi telah membuat busana tubuh yang mana Dia pakaikan pada manusia sebuah manifestasi dari seni-Nya. Dia telah menjadikan manusia sebagai model yang Dia potong, pangkas, ubah dan mengganti busana tubuh, sehingga menampilkan manifestasi dari beragam nama-Nya. Seperti halnya nama Penyembuh mengharuskan adanya penyakit, begitu pula nama Penyedia membutuhkan adanya rasa lapar. Dan seterusnya.

Penguasa atas Seluruh Kekuasaan memiliki kekuasaan diseluruh kekuasaan-Nya sesuai kehendak-Nya.

Alasan Kedua: Melalui bencana dan penyakit lah kehidupan diperbaharui, disempurnakan, dikuatkan, dan dikembangkan; ini menghasilkan hasil, mencapai kesempurnaan dan memenuhi tujuannya. Kehidupan yang berjalan secara monoton diatas sofa kemudahan dan kenyamanan tidak begitu mirip serupa dengan kebaikan murni yang ada, sebagaimana kejahatan murni yang tidak berwujud; yang cenderung dalam nyatanya menuju kearah itu.

. Alasan Ketiga: Alam dunia fana ini adalah lahan ujian, tempat pelayanan. . Ia bukanlah tempat bersenang-senang, pahala dan pembalasan. Mempertimbangkan, lalu, bahwa ia adalah tempat pelayanan dan tempat ibadah, penyakit dan kemalangan – selama mereka tidak mempengaruhi iman dan bertahan dengan sabar – menyesuaikan diri sepenuhnya dalam pelayanan dan ibadah, dan bahkan menguatkannya. Karena mereka menjadikan setiap jam ibadah setara dengan satu hari ibadah, manusia seharusnya berterima kasih alih-alih mengeluh.

Ibadah secara nyata terdiri dari dua hal, positif dan negatif. Apa yang dimaksudkan dengan positif sudah jelas. Dan untuk ibadah negatif, ini adalah ketika seseorang mengalami kemalangan dan sakit merasakan kelemahannya dan ketidakberdayaannya sendiri, dan berbalik pada Tuhannya yang Maha Pengasih, mencari perlindungan pada-Nya, bermeditasi pada-Nya, memohon pada-Nya, dan sehingga menawarkan bentuk ibadah yang murni yang tanpa kemunafikan didalamnya.

Bila ia bertahan dengan sabar, memikirkan pahala yang menyertai kemalangan, dan mengucap syukur, lalu tiap jam yang ia lewati akan dihitung sebagai satu hari penuh yang dihabiskan dengan ibadah. Hidupnya yang singkat menjadi sangat panjang Bahkan ada hal-hal dimana tiap menitnya dihitung setara dengan satu hari ibadah.

Saya dulu betul-betul cemas karena penyakit yang luar biasa yang menimpa salah satu saudara saya di akhirat, Muhajir Hafiz Ahmed, Tetapi kemudian sebuah peringatan muncul ke hatiku: “Ucapkan selamat untuknya!” Tiap menit yang dia habiskan dihitung sebagai satu hari penuh ibadah. Dia, bagaimanapun, menahan sakitnya dengan penuh sabar dan rasa syukur.

POIN KETIGA:

Seperti yang telah kita tunjukan dalam Perkataan satu atau dua, setiap kali seseorang memikirkan masa lalunya, dia akan berkata dalam hatinya atau dengan lidahnya “Ah!’ atau “Oh!” Yaitu yang ia alami baik penyesalan atau mengucapkan “Syukur dan puji bagi Tuhan!” Penyesalan diilhami dari rasa sakit yang muncul dari berhentinya kesenangan sebelumnya dan perpisahan darinya. Karena lenyapnya kesenangan adalah rasa sakit itu sendiri Kadangkala kesenangan sesaat akan menimbulkan rasa sakit yang berlangsung terus menerus. Kadangkala kesenangan sesaat akan menimbulkan rasa sakit yang berlangsung terus menerus. . Untuk memikirkannya akan seperti menusuk luka, menyebabkan penyesalan menyembur keluar.

Mengenai kesenangan spiritual yang langgeng yang datang dari lenyapnya rasa sakit sesaat yang dialami di masa lalu, itu menginspirasi manusia untuk berseru, “Syukur dan puji bagi Tuhan!” Sebagai tambahan pada kecenderungan bawaan manusia ini, bila ia memikirkan pahala yang dihasilkan dari kemalangan dan balasan yang menunggunya di akhirat bila ia menyadari bahwa umurnya yang singkat akan dihitung sebagai umur panjang dikarenakan kemalangan, maka alih-alih hanya bersabar, seharusnya ia bersyukur. Dia harus mengucapkan, “Segala Puji bagi Allah atas seluruh keadaan selain kekafiran dan kesesatan.”

Biasanya dikatakan bahwa kemalangan itu bertahan lama. Memang demikianlah, tetapi bukan karena hal itu penuh dengan kesukaran dan menyusahkan sebagaimana yang biasa orang bayangkan, tetapi melainkan ia memberikan hasil yang vital seperti umur panjang..

POIN KEEMPAT:

Seperti yang telah dijelaskan dalam Stasiun Pertama dari Perkataan Dua Puluh Satu, kekuatan akan kesabaran yang diberikan pada manusia oleh Allah Yang Maha Esa cukup untuk setiap kemalangan, kecuali disia-siakan oleh ketakutan yang tak berdasar. Tetapi melalui keunggulan delusi, pengabaian manusia dan khayalannya akan persinggahan hidup yang sementara ini menuju keabadian, dia menyia-nyiakan kekuatan ketahanannya di masa lalu dan masa depan. . Ketahanannya tidak sepadan terhadap kemalangan saat ini, dan dia mulai mengeluh. Seolah-olah – Semoga dijauhkan oleh Tuhan – dia sedang mengeluhkan tentang Tuhan kepada manusia. Dengan cara yang paling tidak dapat dibenarkan dan bahkan gila, dia mengeluhkan dan menunjukkan kekurang sabarannya

Jika hari dimana kesialan terjadi di masa lampau, kesusahan itu kini usai, dan hanya ketenangan yang tertinggal; rasa sakit telah menghilang dan kenikmatan dalam penghentiannya tetap ada; masalah hilang, dan pahala tetap ada. Oleh karena itu seseorang tidak boleh mengeluh namun bersyukur atas kenikmatan. Seseorang seharusnya tidak membenci kemalangan melainkan menyukainya. Kehidupan seentara dimasa lalu diperhitungkan sebagai kehidupan yang kekal dan terberkati disebabkan kemalangan. Untuk memikirkan rasa sakit masa lalu dengan khayalan seseorang dan lalu membuang sebagian dari kesabaran seseorang adalah kegilaan.

Sejauh menyangkut hari-hari yang akan tiba, karena mereka belum datang, memikirkannya sekarang mengenai kesakitan atau kemalangan yang akan dihadirkan oleh mereka dan menunjukkan ketidaksabaran, juga merupakan kebodohan. Berkata pada diri sendiri “Esok atau lusa aku akan kelaparan dan kehausan” dan terus menerus minum air dan makan roti pada hari ini, adalah murni kegilaan. Sama halnya, untuk berpikir mengenai kemalangan dan penyakit yang ada di masa depan namun saat ini belum ada, sehingga menderita karenanya, menunjukkan ketidaksabaran dan menindas diri sendiri secara sukarela tanpa paksaan, adalah suatu kebodohan yang tidak layak disedihkan dan kasihani.

READ:  Kitab Alam Semesta yang Agung

Ringkasnya, seperti halnya rasa syukur meningkatkan kenikmatan Ilahi, begitu pula keluh kesah meningkatkan kemalangan dan menghilangkan semua kesempatan untuk belas kasih.

Selama Perang Dunia Pertama, seseorang yang diberkahi di Erzurum ditimpa oleh penyakit yang luar biasa. Saya pergi menjenguknya dan dia berkata kepada saya mengeluh dengan pahitnya: “Saya tidak mampu meletakkan kepalaku keatas bantal dan tidur selama seratus hari.” Saya merasa sangat berduka. Tiba-tiba datang sebuah pikiran di benak saya dan saya berkata:

“Saudaraku, seratus hari yang sulit yang engkau habiskan sekarang hanya seperti seratus hari bahagia. Jangan dipikirkan dan mengeluh; lebih baik lihatlah mereka dan bersyukurlah. Adapun untuk hari-hari mendatang, karena mereka belum tiba, letakkan kepercayaanmu kepada Tuhan mu Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Jangan meratapi sebelum dipukul, jangan takut pada apapun, jangan memberi warna pada ketiadaan

Pikirkan saat ini, kekuatan ketahanan sabarmu sudah cukup untuk sekarang ini. Jangan bertindak seperti komandan yang gila yang mengharap penguatan di sayap kanannya oleh pasukan musuh yang mangkir untuk bergabung dengannya dari kirinya, dan lalu mulai membubarkan pasukannya di tengah ke kiri dan ke kanan, sebelum musuh bergabung dengannya di kanan Musuh kemudian menghancurkan pusatnya, dibiarkan lemah dengan kekuatan minimal. Saudaraku, jangan seperti dia.

Kerahkan semua kekuatanmu untuk saat ini, dan pikirkan rahmat ilahi, pahala di akhirat, dan bagaimana hidupmu yang singkat dan sementara ini diubah bentuk menjadi hidup yang panjang dan abadi. Daripada mengeluh dengan pahit, ucapkan rasa syukur dengan gembira.”

Dengan sangat lega, ia berkata, “Puji dan syukur untuk Allah, sakitku sekarang sepersepuiluh dari sebelumnya.”

POIN KELIMA terdiri dari 3 hal.

Hal Pertama : Kemalangan sejati dan berbahaya adalah yang mempengaruhi agama Seseorang harus mencari perlindungan ke mahkamah Tuhan dari kemalangan dalam masalah agama dan memohon pertolongan. Tetapi kemalangan yang tidak mempengaruhi agama, pada kenyataannya, bukanlah kemalangan Beberapa dari mereka adalah peringatan dari Tuhan Yang Maha Penyayang. Jika seorang penggembala melemparkan sebuah batu ke dombanya ketika mereka melanggar lahan orang lain, mereka mengerti bahwa batu itu dimaksudkan sebagai peringatan untuk menyelamatkan mereka dari tindakan yang membahayakan; dengan penuh rasa terima kasih mereka berbalik kembali.

Begitu pula banyak kemalangan yang nampak adalah sebagai peringatan dan teguran Ilahi, yang lainnya merupakan penebusan dosa; dan yang lainnya lagi melarutkan kelalaian manusia, mengingatkannya akan ketidakberdayaan dan kelemahan manusiawinya, sehingga memberinya suatu bentuk ketenangan. Adapun untuk bermacam-macam jenis kemalangan yang berupa penyakit, ia sama sekali bukanlah sebuah kemalangan seperti yang telah dikatakan, namun merupakan sebuah nikmat dari Tuhan dan sarana penyucian. Ada sebuah hadis yang mengatakan: “Bagaikan pohon yang menggugurkan buahnya yang masak ketika diguncang, begitu pula dosa yang gugur melalui goncangan demam.”

Nabi Ayub (Sejahtera baginya) tidak berdoa dalam doanya untuk kenyamanan jiwanya melainkan memohon kesembuhan dengan tujuan ibadah ketika penyakitnya menghalanginya dari mengingat Tuhan dengan lidah dan meditasinya kepada Tuhan melalui hatinya. Kita juga harus membuat niat utama kita, ketika membuat permohonan itu, kesembuhan atas luka batin dan spiritual yang timbul akibat dosa.

Sejauh menyangkut penyakit fisik, kita dapat berlindung darinya ketika menghalangi ibadah kita. Tetapi kita harus mencari perlindungan dengan cara yang rendah hati dan penuh permohonan, bukan dengan protes dan keluhan. Bila kita menerima Tuhan sebagai Tuhan dan Pemelihara kita, maka kita juga harus menerima semua yang Dia beri dalam kapasitas-Nya sebagai Tuhan. Mendesah dan berkeluh kesah dengan cara yang menyiratkan keberatan terhadap penetapan dan ketetapan Ilahi, adalah serupa kritik atas penetapan Ilahi, sebuah tuduhan yang dilontarkan terhadap kasih sayang Tuhan.

Orang yang mengkritik ketetapan Ilahi membenturkan dan memecahkan kepalanya sendiri dengan landasan. Siapapun yang menuduh rahmat Tuhan pasti akan dicabut darinya tanpa bisa dielakkan. Menggunakan tangan yang patah untuk membalas dendam hanya akan memperparah kerusakan lebih lanjut pada tangan itu. Demikian juga orang yang ditimpa kemalangan, menanggapinya dengan protes keluhan dan kegelisahan, hanya menambah kemalangannya.

Hal Kedua : Kemalangan fisik berkembang ketika terlihat besar, dan menyusut ketika tampak kecil. Sebagai contoh, suatu mimpi yang masuk dalam penglihatan seseorang pada suatu malam. Jika orang itu memperhatikannya, ia akan membengkak dan bertumbuh; jika orang itu mengabaikannya, ia menghilang Demikian pula jika seseorang berusaha untuk menghalau serangan segerombolan lebah, mereka akan menjadi lebih agresif; sedangkan jika orang itu tidak mempedulikan mereka maka mereka akan bubar.

Jadi jika seseorang menganggap kemalangan fisiknya sebagai hal yang besar dan menganggapnya penting, mereka akan tumbuh, dan karena kecemasan akan keluar dari tubuh dan menyerang akar di jantung. Hasilnya kemudian akan menjadi penderitaan batin yang mana mengikat kemalangan lahiriah untuk melanggengkan dirinya sendiri. Namun jika kecemasan dibuang dengan rasa puas akan ketetapan Ilahi dan rasa kebergantungan kepada Tuhan, maka kemalangan fisik akan secara berangsur berkurang, mengering, dan lenyap, seperti sebuah pohon yang akarnya telah dipotong. Saya pernah menyusun syair-syair dalam deskripsi kebenaran ini:

Jangan menangisi kemalangan, wahai orang malang, datanglah, percayalah kepada Tuhan!

Ketahuilah bahwa menangisi menambah kemalangan dan sebuah kesalahan besar.

Temukanlah Pengirim kemalangan, dan ketahuilah itu adalah sebuah hadiah dalam hadiah dan kesenangan.

Jadi tinggalkanlah tangisan dan ucapkan terima kasih; seperti burung bulbul, tersenyumlah melalui air matamu.

Jika engkau tak menemukan Dia, ketahulah bahwa dunia adalah segala rasa sakit dalam rasa sakit, fana, dan kehilangan.

Jadi mengapa meratapi kemalangan kecil sementara di atasmu adalah dunia yang penuh kesengsaraan? Datanglah, percayalah kepada Tuhan!

Percayalah kepada Tuhan! Tertawalah diwajah kemalangan, ia akan tertawa juga.

Saat ia tertawa, ia akan berkurang; ia akan berubah dan berubah

 

Jika dalam pertempuran tunggal seseorang tersenyum pada musuh yang luar biasa, permusuhannya akan berubah menjadi perdamaian; permusuhannya akan menjadi lelucon belaka, akan menyusut dan lenyap. . Jika seseorang menanggapi kemalangan dengan mengandalkan Tuhan, hasilnya akan serupa.

Hal Ketiga : Tiap masa memiliki karakter tertentu Di zaman kelalaian ini, kemalangan telah berubah bentuknya. Pada masa – masa tertentu dan bagi orang-orang tertentu, kemalangan bukanlah kemalangan pada kenyataannya, melainkan karunia Ilahi. Karena saya menganggap mereka yang menderita sakit di saat ini sebagai keberuntungan – dengan syarat bahwa sakit mereka tidak mempengaruhi agama mereka – hal ini tidak terjadi kepadaku untuk melawan penyakit dan kemalangan, atau mengasihani mereka yang menderita itu.

Tiap kali saya bertemu dengan beberapa pemuda yang menderita, saya menemukan bahwa ia lebih peduli dengan kewajiban agamanya dan akhirat daripada teman – teman sebayanya. Dari sini, saya menyimpulkan bahwa penyakit bukan merupakan sebuah kemalangan untuk orang – orang seperti ini, tetapi melainkan sebuah karunia dari Tuhan.

Memang benar bahwa penyakit menyebabkan ia menderita dalam hidup yang singkat, sementara dan duniawi ini, tetapi hal itu bermanfaat bagi kehidupan abadinya. Ia dinilai sebagai bentuk ibadah. Jika dia dalam keadaan sehat dia tidak akan sanggup mempertahankan keadaan yang ia nikmati pada saat ia sakit dan akan jatuh pada kerugian, sebagai akibat dari kekurangsabaran masa muda dan kodrat penghilangan usia.

tertawa

Kesimpulan

Tuhan Yang Maha Kuasa, dalam rangka menunjukkan kekuasaan-Nya yang tak terhingga dan rahmat yang tiada batasnya, telah menciptakan pelekatan ketidakberdayaan pada manusia yang tak terhingga dan nafsu keinginan yang tak terbatas. Lebih lanjut, untuk menampilkan sulaman tak berujung akan nama-nama-Nya Dia telah menciptakan manusia seperti sebuah mesin yang sanggup menerima berbagai macam jenis rasa sakit yang tak terbatas, sebagaimana halnya beraneka ragam kesenangan yang tak terhingga. Di dalam mesin manusia itu ratusan instrumen peralatan, yang tiap masing-masingnya memiliki rasa sakit dan kesenangan yang beragam, tugas dan pahala yang berbeda – beda..

Sederhananya, seluruh nama Tuhan termanifestasi dalam makroantropos yang yakni dunia ini juga bermanifestasi dalam mikrokosmos yaitu manusia. Hal-hal yang bermanfaat seperti kesehatan yang baik, kesejahteraan hidup, dan kesenangan mengakibatkan manusia bersyukur dan mendorong mesin manusia ini untuk menjalankan fungsinya dalam banyak hal, dan dengan demikian manusia menjadi seperti sebuah pabrik yang memproduksi rasa syukur.

. Dengan cara yang sama, dengan sarana kemalangan, penyakit dan rasa sakit, dan kemungkinan-kemungkinan pemicu gerak lainnya, roda penggerak dari mesin manusia disetel dalam gerak dan putaran. Tambang kelemahan, ketidakmampuan, dan kemiskinan yang melekat pada kodrat manusia dibuat untuk bekerja. Menyebabkan manusia sebuah keadaan dimana ia mencari perlindungan dan pertolongan tidak hanya dengan satu lidah tetapi dengan lidah dari setiap masing – masing anggota tubuhnya

Demikianlah melalui sarana kemungkinan – kemungkinan itu, manusia menjadi sebuah pena yang bergerak yang terdiri dari ribuan pena yang berbeda. Ia menuliskan bagian yang ditentukan dari keberadaannya pada halaman hidupnya atau Tablet di Dunia Persamaan; dia mengajukan pernyataan nama – nama Ilahi; dan menjadikan dirinya sendiri sebuah syair keagungan Tuhan, dengan demikian memenuhi kodrat tugas – tugasnya.

Dari Koleksi Risale-i Nur oleh Master Said Nursi

 

 

 

 

 

 

Similar Posts:

Tinggalkan Balasan